Jumat, 16 April 2010

Menurut Habib luthfi Bin Yahya dari pekalongan,GusDur Seorang Habib



seputar nasab Abdurrahman Wahid (Gusdur) dan juga para leluhurnya.Bahwa secara nasab, Gusdur adalah seorang Saadah atau Alawiyin dan nasab keluarga ini telah dipublikasikan di dalam kitab Talkhis karya Abdullah bin Umar Assathiri. Sumber ini konon telah diteliti dan direstui oleh Rais Aam Jam’iyah Ahlith Thoriqoh Al-Muktabaroh An-Nahdliyyah oleh KH. Habib Lutfi Ali Yahya asal Pekalongan. Menurut sumber itu, nasab lengkap Gusdur adalah sebagai berikut :


KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur)

bin

KH. Abdul Wahid Hasyim

bin

KH. Hasyim Asy’ari

bin

KH. As’ari

bin

Abu Sarwan

bin

Abdul Wahid

bin

Abdul Halim

bin

Abdurrohman (P. Sambud Bagda)

bin

Abdul Halim (P. Benawa)

bin

Abdurrohman (Jaka Tingkir)

bin

Ainul Yaqin (Sunan Giri)

bin

Ishak

bin

Ibrohim Asmuro

bin

Jamaludin Khusen

bin

Ahmad Syah Jalal

bin

Abdulloh Khon

bin

Amir Abdul Malik

bin

Alawi

bin

Muhammad Shohibul Mirbat

bin

Ali Choli’ Qosam

bin

Alawi Muhammad

bin

Muhammad

bin

Alawi

bin

Ubaidillah

bin

Ahmad Al-Muhajir Ilallah

bin

Isa Arrumi

bin

Muhammad Annaqib

bin

Ali Al-’Uroidi

bin

Ja’far Shodiq

bin

Muhammad Al-Baqir

bin

Ali Zaenal Abidin

bin

Husein

putra

Siti Fathimah Az-Zahro

binti

Rasulillah, Muhammad saw

Informasi di atas melengkapi silsilah Gusdur sampai ke Rasul saw. 
Semoga saja informasi ini bisa menjadi masukan yang bermanfaat bagi pihak-pihak terkait yang ini sedang berbeda pandangan. Jika benar adanya, maka perselisihan yang terjadi antara Habib Rizireq, Habib Seggaf dan Habib Gusdur sebenarnya adalah persoalan yang bisa diselesaikan secara damai dan kekeluargaan, mengingat Gusdur sendiri adalah member of the family …

Menurut hemat saya, sebagai seorang Habib, Rizieq Shahab lebih melihat pada pentingnya seorang Muslim untuk mempraktekkan ajaran agama berdasarkan fundamentalisme, alias menjadi muslim-fundamentalis. Sedangkan Habib Seggaf lebih melihat pada pentingnya sisi ke-muslim-an dan ke-Indonesia-an, alias menjadi muslim-nasionalis. Adapun Habib Gusdur lebih melihat kepada sisi liberalisme beragama, alias menjadi muslim-liberalis.

Untuk itu, ketimbang harus emosional, maka alangkah baiknya jika pikiran masing-masing pihak bisa diwacanakan ke dalam suatu forum, lalu didiskusikan layaknya pria dewasa yang memiliki basis moral dan intelektual Islami. Wallahu’alam.
 

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More